Skip to main content

Menyampaikan Pendapat Tentang Informasi di Dalam Teks "Kerja Sama Yang Baik"

 “Lunpia … lunpia …,” teriak A Joe siang itu. Dia tak peduli kaki telanjangnya kepanasan. “Huh, mengapa tak ada seorang pun yang mau membeli lunpiaku?” keluh A Joe. Dari kemarin, dia berjalan kaki keliling Kampung Melayu menjajakan lunpia. Namun, ketika orang-orang bertanya apa yang dijualnya, mereka pun pergi begitu saja.

Lunpia A Joe

“Jangan-jangan lunpia buatanku tidak enak? Ah, tetapi orang-orang di Pecinan suka,”pikir A Joe masih penasaran. Dia tak mau hanya berjualan di Pecinan. A Joe ingin lunpianya laris dan bisa dinikmati semua orang.

“LUMPIA, LUMPIA!” A Joe tersentak dari lamunannya. Seorang perempuan berteriak lantang. Beberapa orang keluar dari rumah dan membeli. A Joe melihat perempuan itu berjualan penganan yang mirip dengan lunpianya. “Hm, apa buatan dia lebih enak daripada buatanku?” gumam A Joe.

“LUMPIA, LUMPIA!” teriak perempuan itu lagi. A Joe menghadang langkahnya.

“Hei, kamu jualan lunpia ya?” tanya A Joe ketus.

“Lumpia, bukan lunpia,” sahut perempuan itu.

“Bukan! Yang betul lunpia. Lun artinya lunak, pia artinya kue. Itu bahasa Hokkian!” bantah A Joe ketus.

Lumpia melayu

Perempuan itu malah tertawa, “Namaku Warsih. Aku orang Jawa, tak paham bahasa Hokkian. Lumpiaku berasal dari kata Olympia, karena aku sering jualan di pasar malam Olympia.”

A Joe ternganga, “Oh, begitu, ya?” Lalu A Joe bertanya, “Kenapa orang-orang Kampung Melayu ini mau membeli lumpiamu? Sedangkan punyaku tak laku.” Wajah A Joe berubah murung.

“Memangnya, lunpiamu isi apa?” tanya Warsih.

A Joe lalu menunjukkan lunpia buatannya pada Warsih. “Rebung dan daging babi.”

Warsih menggeleng. “Kamu lihat kan, penduduk Kampung Melayu banyak yang berasal dari Arab dan Gujarat. Mereka beragama Islam. Itu, ada masjid di sana. Orang Islam, tidak makan babi. Tidak halal. Lumpia buatanku isinya kentang dan udang. Karena itu, mereka bisa memakannya.”

Setelah itu, Warsih berkata lagi, “Sebetulnya, nasib kita sama kok. Lumpia buatanku juga tidak laku di kawasan Pecinan. Mereka tak suka lumpia kentang. Mereka maunya isi rebung.”

A Joe dan Warsih sama-sama terdiam. Namun, sebenarnya otak mereka berpikir keras. Beberapa detik kemudian, wajah A Joe cerah.

“Aku ada ide! Mengapa kita tidak bekerja sama saja? Maksudku, ayo kita ciptakan resep baru supaya semua orang bisa menikmati lunpia buatan kita.”

“Hah? Bagaimana caranya?” Warsih heran. “Apa kita bisa?”

“Tidak ada salahnya mencoba. Bagaimana? Kamu mau mencobanya?” tanya A Joe.

Warsih mengangguk, “Kamu benar juga. Tidak ada salahnya mencoba.”

Warsih dan A Joe berjabat tangan. Sejak saat itu, mereka berdua bekerja sama dalam menciptakan resep baru dan menjajakannya bersama.

Lumpia atau lunpia adalah makanan khas Semarang yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Direktorat Internalisasi dan Nilai Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014).

Lumpia hadir pertama kali pada abad ke-19 dan merupakan salah satu contoh perpaduan budaya asli Tiong Hoa–Jawa.

Pada tahun 1870, Tjoa Thay Joe datang dari Fujian ke Semarang dan menjajakan lunpia yang berisi rebung dan daging babi. Kemudian, dia bertemu dengan perempuan Jawa bernama Warsih yang juga menjajakan penganan yang mirip tetapi berisi kentang dan udang. Mereka berdua lalu menikah. Lumpia buatan mereka pun disesuaikan baik isi maupun rasanya, agar bisa dinikmati oleh lebih banyak orang.

Diskusikan isi cerita “Kerja Sama yang Baik” bersama-sama.

1. Apa masalah yang dialami tokoh dalam cerita ini?

Jawaban: Masalah yang dialami yaitu oleh tokoh bernama A Joe. Dia mengalami masalah terkait dengan dagangan lumpianya yang sama sekali tidak ada yang membeli ketika dijual di Kampung Melayu.

2. Apa perbedaan penganan buatan A Joe dengan penganan buatan Warsih?

Jawaban: perbedaan penganan buatan A Joe dengan penganan buatan Warsih yaitu Lunpia buatan A Joe berisi rebung dan daging babi, sementara lumpia bikinan Warsih berisi kentang dan udang.

3. Bagaimana perasaan A Joe dan Warsih ketika orang-orang menolak penganan buatan mereka? 

Jawaban: Perasaan A Joe dan Warsih ketika orang-orang menolak penganan buatan mereka adalah mereka sama-sama sedih ketika penganan buatannya tidak ada yang membeli. Mereka berdua bertanya-tanya, apakah penganannya tidak enak hingga tidak ada yang tertarik.

4. Apa usaha A Joe dan Warsih untuk mengatasi masalah mereka?

Jawaban: A Joe dan Warsih berkerja sama membuat resep penganan baru, agar bisa diterima masyarakat luas.

5. Menurut kalian, mengapa Warsih mau mengikuti rencana A Joe?

Jawaban: Alasan Warsih mau mengikuti rencana A Joe adalah dia berpikir kalau tidak ada salahnya untuk mencoba hal baru yang mungkin baik untuk mereka.

6. A Joe dan Warsih sepakat untuk menciptakan resep lumpia baru. Menurut kalian, bagaimana perbedaan lumpia versi lama mereka dengan versi yang baru?

Jawaban: Perbedaan lumpia versi lama A Joe dan Warsih dengan versi yang baru yaitu lumpia resep baru dari A Joe dan Warsih disesuaikan dengan kepercayaan umat Islam dan selera masyarakat Tionghoa. Umat muslim bisa mengonsumsi udang dan rebung, begitu pula dengan masyarakat Tionghoa yang menyukai rebung. Sehingga, daging babi yang dilarang untuk umat muslim dan kentang yang tidak disukai masyarakat Tionghoa dihilangkan.

7. Apakah menurut kalian cerita ini berdasarkan kisah nyata? Dari mana kalian mengetahuinya?

Jawaban: Menurut saya ini diangkat dari kisah nyata karena pada bagian akhir cerita terdapat cuplikan sejarah lumpia.

8. Menurut kalian, bagaimana proses percampuran budaya/akulturasi lewat makanan ini?

Jawaban: Akulturasi atau percampuran budaya yang terjadi yaitu percampuran isian lumpia dengan disesuaikan kepercayaan masyarakat, tetapi tidak menghilangkan ciri khas asli lumpia Tionghoa.

Dengan mendiskusikan teks “Kerja Sama yang Baik”, kalian berlatih menyampaikan pendapat tentang informasi di dalam teks.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar